Me-Muda-kan Pengertian Islam oleh Sukarno

Di dalam slah satu nomor “Adil” bulan yang lalu Tuan Kihaji Haji Mas Mansur menulis satu artikel tentang pemuda (juga dimuat dalam majalah kita ini no. 8 dengan judul “Memperkatakan Gerakan Pemuda”) Saya kira banyak kaum Muhammadiyah, terutama kaum Muhammadiyah yang umurnya sudah tua, - dus yang tidak termasuk golongan pemuda – menggaruk-garuk kepala waktu membaca tulisan itu. Sebab di dalam tulisan itu K.H.M Masur dengan cara terang-terangan memanggil kaum pemuda kepada rasa cinta tanah air. Bagi kaum Muhammadiyah yang tua, hal ini adalah membuat mereka menjadi sedikit “cungak-cinguk”, sebab mereka hidup di dalam suasana didikan tua, bahwa cinta tanah air adalah termasuk dosa “ashabiyah”. Lagi pula, - bukan orang sembarangan yang menulis artikel di dalam “Adil” itu. Yang menulis ialah Kihaji Haji Mas Mansur, Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, salah seorang ulama Indonesia yang paling terkemuka!

Di dalam tulisan saya hari ini, saya tidak akan membicarakan hal pemuda dengan rasa cinta tanah air itu. Hanyalah perlu saya terangkan di sini, bahwa kalau saya di atas tadi mengatakan kaum Muhammadiyah tua menggaruk-garuk kepala, itu bukanlah omong kosong. Di tempat saya sekarang ini, - Bemgkulu - , saya saya bisa sebutkan sedikitnya lima nama orang Muhammadiyah yang tentu sedikit merasa cungak-cinguk kalau membaca tulisan K.H.M. Mansur itu. Dulu di dalam tahun 1928 – 1929, di Pekalongan, pernah dihalalkan saya punya nyawa oleh salah seorang Muhammadiyah, karena saya dikatakan penganjur ashabiyah! Saya ceritakan hal-hal ini, tidak dengan rasa dendam atau buat mentertawakan mereka, tidak untuk membuat mereka malu, - tidak buat “leedvermaak”, tetapi hanyalah buar menyebutkan kenyataan, buat menyatakan feit, bahwa adalah kaum Muhammadiyah yang benci kepada rasa cinta tanah air, jadi yang tentu cungak-cinguk kalau membaca artikelnya mereka punya Ketua Pegurus Besar itu sendiri.

Di Bawah Bendera Revolusi Jilid Pertaham hal. 369

Tidak ada komentar: