Allah Swt yang bermuka dua, kepada Mukmin mengancam mengazab sedang kepada Muhammad melayani

Sebenarnya Allah Swt mempunyai tiga wajah, yang berpenampilan berbeda, untuk kafir, mukmin, dan Muhammad. Tapi Allah Swt tidak mau menjadi Tuhan bagi kafir dan kafir juga pasti tidak percaya kepada Allah Swt, karena itu yang akan kita bahas banya dua wajah Allah Swt, yaitu ketika menghadapi Mukmim dan ketika menghadapi Muhamamd.

2:284. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

5:54. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.

Masih banyak ayat di dalam al-Quran bagaiama sikap Allah Swt kepada pengikut Muhammad, memang ada yang menjajikan memberikan keinikmatan tetapi ada juga yang menuntut agar Mukmin mematuhi Allah Swt dan rasulnya. Dalam menghadapi Muhammad apa yang dilakukan Allah berbeda sekali, kita perhatikan ayat-ayat berikut.

34:46. Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua- dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras[1244].

Allah Swt turun tangan melindungi Muhammad ketika dihujat oleh orang Quraisy sebagai orang gila.

66:3. Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang isterinya (Hafsah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafsah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (pembicaraan Hafsah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafsah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafsah dan Aisyah) lalu (Hafsah) bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Allah Swt selalu pasang kuping atas semua pembicaraan istri-istri Muhammad yang jumlahnya pernah mencapai 11 orang dan manakala ada pembicaraan dari para istri itu yang perlu disampaikan kepada Muhammad, Allah Swt segera melapokan kejadiannya kepada Muhammad.

33:53. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah- rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya)[1228], tetapi jika kamu diundang maka masuklah dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka
[1228]. Maksudnya, pada masa Rasulullah s.a.w pernah terjadi orang-orang yang menunggu-nunggu waktu makan Rasulullah s.a.w. lalu turun ayat ini melarang masuk rumah Rasulullah untuk makan sambil menunggu-nunggu waktu makannya Rasulullah.

Di luar lingkaran istri-istri nabi, Allah Swt juga menjaga kehormatan Muhammad di mata pengikutnya. Allah Swt ikut mengatur siapa yang boleh memasuki rumah Muhammad dan memberi petunjuk apa yang boleh dilakukan.

33:50. Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri- isterimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Untuk memenuhi kebutuhan seksual Muhammad, Allah Swt memberi banyak kelonggaran, boleh melebihi dari empat orang dan perhatikan kalimat ini, “dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin”

33:37. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia[1219] supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya[1220]. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.
[1219]. Maksudnya: setelah habis idahnya.
[1220]. Yang dimaksud dengan orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya ialah Zaid bin Haritsah. Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dengan memberi taufik masuk Islam. Nabi Muhammadpun telah memberi nikmat kepadanya dengan memerdekakan kaumnya dan mengangkatnya menjadi anak. Ayat ini memberikan pengertian bahwa orang boleh mengawini bekas isteri anak angkatnya.

Ketika Muhammad terpikat kepada istri anak angkatnya sendiri, Allah Swt menyindir Zad, anak angkat Muhammad dan Zaid tahu apa maksudnya yang kemudian menceraikan istrinya. Setalah resmi bercerai, Allah Swt turun tangan sendiri mengawinkan Muhammad dengan bekas istri anak angkatnya sambil mengumumkan bahwa mengambil bekas istri anak angkat untuk menjadi tambahan istri Muhmmad adalah halal.

66:5. Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.

Tapi kemudian ada percekcokan di antara istri-istri Muhammad dan Allah Swt memberi tahukan bahwa jika Muhammad ingin mengganti istri-istrinya, Allah Swt punya stok pengganti yang boleh dipilih baik janda atau perawan.

33:51. Kamu boleh menangguhkan menggauli siapa yang kamu kehendaki di antara mereka (isteri-isterimu) dan (boleh pula) menggauli siapa yang kamu kehendaki. Dan siapa-siapa yang kamu ingini untuk menggaulinya kembali dari perempuan yang telah kamu cerai, maka tidak ada dosa bagimu. Yang demikian itu adalah lebih dekat untuk ketenangan hati mereka, dan mereka tidak merasa sedih, dan semuanya rela dengan apa yang telah kamu berikan kepada mereka. Dan Allah mengetahui apa yang (tersimpan) dalam hatimu. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun[1226].
[1226]. Menurut riwayat, pada suatu ketika isteri-isteri Nabi Muhammad s.a.w. ada yang cemburu, dan ada yang meminta tambahan belanja. Maka Nabi Muhammad s.a.w. memutuskan perhubungan dengan mereka sampai sebulan lamanya. Oleh karena takut diceraikan Nabi, maka mereka datang kepada Nabi menyatakan kerelaannya atas apa saja yang akan diperbuat nabi terhadap mereka. Turunnya ayat ini memberikan izin kepada Nabi untuk menggauli siapa yang dikehendakinya dan isteri-isterinya atau tidak menggaulinya; dan juga memberi izin kepada Nabi untuk rujuk kepada isteri-isterinya seandainya ada isterinya yang sudah diceraikannya.

Muhammad tidak jadi menceraikan istri-istrinya tapi menghindari bersetubuh dengan mereka dan selama puasa bersetubuh dengan istri-istrinya , ada seorang budak perempuan yang didapat Muhammad sebagai hadiah dan karena Muhammad bersetubuh hanya dengan satu perempuan lahir seorang anak laki-laki. Setelah itu Allah Swt menerangkan apa yang boleh dilakukan Muhammad terhadap istri-istrinya.

66:1. Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang[1485]
[1485]. Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw pernah mengharamkan dirinya minum madu untuk menyenangkan hati isteri-isterinya. Maka turunlah ayat teguran ini kepada Nabi.

Muhammad yang sudah semakin tua dan harus kembali ke istri-istrinya yang jumlahnya banyak berpikir meminum madu untuk menjaga vitalitasnya, tetapi dia ragu-ragu apa perbuatan itu halal dan dalam keraguan itu dengan sigap Allah Swt tampil mengatakan bahwa Muhammad boleh meminum madu untuk mencari kesenangan hati istri-isrtrinya.

33:52. Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan isteri-isteri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu kecuali perempuan- perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu[1227].
[1227]. Nabi tidak dibolehkan kawin sesudah mempunyai isteri-isteri sebanyak yang telah ada itu dan tidak pula dibolehkan mengganti isteri-isterinya yang telah ada itu dengan menikahi perempuan lain.

Melihat kondisi Muhammad yang sudah semakin tua, Allah Swt membantu menyadarkan Muhammad agar tidak menambah istri-isri lagi.

33:53 Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri- isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah.

Agar Muhammad tidak kecewa Allah Swt mengumumkan kepada pengikut Muhammad agar tidak mengawini bekas istri Muhammad setelah Muhammad meninggal.

Silahkan menjadi bahan renungan, Allah Swt seperti yang kita lihat di atas yang tertulis di al-Quran sangat tidak cocok dengan Tuhan Yang Maha Esa yang ada dalam Panca Sila. Apakah kita masih akan membiarkan dana triliunan rupiah dari pajak setiap tahun digunakan untuk mengagungkan Allah Swt melalui kegiatan Departemen Agama?

2 komentar:

Psikopat mengatakan...

Muhammad selalu mengatasnamakan Allah (dibaca: Auloh) untuk membenarkan ambisinya, baik ambisi kekuasaan maupun ambisi seksual. Ini bukti bahwa Muhammad tidak bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri. Bagaimana mungkin Muhammad mampu memberi syafaat (pertolongan) di Akhirat nanti?

Handy EMS mengatakan...

Dobol