Agama saya Pancasila, Nabi saya Sukarno, Kitab Suci saya UUD45

Pancasila sejak diperkenalkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 huingga sekarang tidak pernah dapat diimplementasikan dengan baik. Sebagian tokoh menolak karena negara berpenduduk mayoritas Muslim, katanya harus berdasarkan Islam, tapi tentu usul itu tidak bisa diterima dan Indonesia pasti akan bubar. Langkah kompromi adalah menempatkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa diurutan pertama dan pada sila itu tokoh Islam minta ditambahkan 7 kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” tetapi di dalam UUD 45 ketujuhkata itu ahirnya tidak dimasukkan. Walapun sekarang tidak secara terang-terangan ada penolakan terhadap Pancasilam tetapi penolakan itu masiih ada. Agar persoalan ini tidak berlarut-larut dan karena yang menentang Pacasila adalah kaum agama, yaitu Islam, alangkah baiknya MPR memutuskan bahwa Pancasila adalah agama wajib bagi seluruh bangsa Indonesia.

Karena agama harus punya nabi dan kitab suci, MPR juga harus menetapkan nabi untuk kaum Indonesia dan penetapan seorang nabi untuk kaum Indonesia sesuai dengan ayat al-Quran:

Surat ke-16: ayat ke-36. Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Orang yang paling cocok untuk menjadi nabi agama Pancasila sudah pasti Sukarno karena Sukarno yang melahirkan Pancasila. MPR harus menetapkan Sukarno sebagai nabi bagi kaum Indonesia.

Mengenai kitab sebagai pegangan agama Pancasila, MPR sebaiknya menetapkan UUD 45 termasuk amandeman yang sudah ada dan revisi yang bakal ada sebagai kitab suci agama Pancasila.

Agama Pacasila harus jadi dasar kehidupan beragama di Indonesia dan wajib diimani oleh orang yang mengaku warga negara Indonesia. Di samping agama Pancasila, untuk menyempurnakan hidup masing-masing, warga Indonesia boleh memilih agama tambahan selama agama tambahan itu tidak bertentangan dengan agama Pancasila. Kita dapat mengukur agama tambahan apakah bertentangan dengan Pacasila atau tidak dari dari nabi dan kitab sucinya. Karena tokoh agama yang tidak setuju dengan Pancasila di awal kemerdekaan kebanyakan dari kalanga Islam kita buat kajian antara Islam dan Pancasila ditinjau dari nabi dan kitab sucinya.

Jika nabi dari agama tambahan, dalam hal ini nabi Islam berprilaku lebih buruk dari Sukarno, agama tambahan itu tidak boleh beroperasi lagi di Indonesia. Walaupun secara sepintas kita yakin kepribadian Sukarno lebih unggul dibanding Muhamamd, tetapi tidak mudah membuat rumusan yang mudah diterima orang banyak. Kita buat sederhana saja, kita ukur dari jumlah istrinya. Muhammad pernah punya istri mencapi 11 orang sehingga menjadi jelas bahwa jumlah istri Muhammad melebihi jumlah istri Sukarno. Bukti jumlah istri Muhammad dan apa yang dilakukan Muhammad terhadap istrinya ikuti hadis berikut.

Bagaimana Muhammad menggauli istrinya yang pernah mencapai 11 orang diceritakan
dalam Hadis Sahih al-Bukhari Volume 1, Buku ke-5, Nomor 168, ditulis bahwa Anas
bin Malik berkata, "Nabi biasanya pergi mengunjungi semua istrinya secara
bergilir, selama siang dan malam, dan mereka jumlahnya ada sebelas." Karena
wanita mendapatkan datang bulan secara berkala, kesebelas istri Muhammad tidak
dapat setiap hari disetubuhi, tetapi Muhammad tidak membiarkan istrinya yang
sedang mendapat datang bulan tidak dijamahnya. Bagaimana Muhammad memperlakukan
istrinya yang sedang datang bulang diceritakan oleh Aisyah, "Setiap kali rasul
Allah ingin meraba-raba siapa di antara kami ketika sedang haid, dia akan
menyuruhnya memakai Izar (baju dari pinggang ke bawah) dan mulai meraba-raba
dia." Cerita itu ditulis di dalam Bukhori Volume 1, Buku ke-6, Nomor 299.

Karena itu harus direkomdasikan bahwa Muhammad tidak boleh menjadi nabi bagi orang Indonesia.

Dalam hal kitab suci dari agama tambahan, harus dibandingkan dengan UUD 45. Jika aturan dalam kitab suci agama tambahan itu lebih buruk atau bertentangan dengan UUD 45, kitab suci dari agama tambahan itu tidak boleh lagi diedarkan di Indonesia. Agar perbandingan menjadi sederhana, kita ambil saja soal pembunuhan. Jika dalam kitab suci agama tambahan itu ada perintah memerangi sesama anak bagsa, kitab suci agama tambahan itu harus dinyatakan bertentangan dengan UUD 45 dan tidak boleh digunakan lagi di Indonesia. Jelas bahwa al-Quran memerintahkan memerangi kafir bahkan ada ayat yeng berisi perintah penggal kepala kafir sehingga harus diputusakan bahwa al-Quran bertentangan dengan UUD 45 dan harus dinyatakan dilarang diedarkan di Indonesia.

Kalau sudah menjadi keputusan dan keputusan harus dijalankan karana sudah menjadi perintah undang-undang, pasti negara dan bangsa ini akan aman, karena semua warganya punya dasar agama yang sama, yaitu agama Pancasila dan tidak ada lagi orang Indonesia beragama lain selain Pancasila dan agama tambahan dari agama Pancasila yang boleh dipilih tidak akan bertetangan dengan Pancasila.
Ada usul tambahan dari Indra Prayana, syahadat agama Pancasila adalah Bhineka Tunggal Ika.

Mengangkat Sukarno menjadi nabi bagi kaum Indonesia sangat masuk akal. Nabi berasal dari budaya Yahudi, nabi diakui karena karyanya bukan nabinya yang minta diakui sebagai nabi. Memang Muhammad nabi gendeng, belum ada karyanya minta diakui sebagai nabi, disuruh baca malah bikin kitab baru.
Kitab UUD45 sebagai kitab suci sangat masuk akal karena harus jadi pegangan hidup semua orang Indonesia, bandingkan dengan al-Quran yang menyesatkan jika dijadikan pegangan hidup orang Indonesia, berisi perintah memusuhi sesama orang Indonesia karena bukan Islam. Bahwa al-Quran dipercaya sebagai kata-kata Allah Swt itu hanya hasil didikan tapi intinya al-Quran tidak lain hanyalah kumpulan ocehan Muhammad sedangkan UUD 45 jauh lebih kudus dan berisi instpirasi dari Tuhan yang disampaikan kepada para pendiri bangsa ini.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Bukan kecerdasan anda, melainkan sikap andalah yang yang akan mengangkat anda dalam kehidupan.