Marah dan Soal kartun Nabi

Saya ingin komentari pernyataan, "Itu sebabnya saya mengatakan dalam postingan saya, bahwa sebenarnya kita mesti tahu kapan waktunya kita marah dan untuk apa kita marah." Dalam cerita Mahabharata kita juga bisa membedakan kapan perlu marah dan kapan tidak boleh marah. Duryodhana marah melihat Arjuna mengalahkan Karna dalam uji ketangkasan, kemarahan Duryodhana bersumber dari iri dan dengki. Kemarahan Duryodhana tidak diungkapkan dalam bentuk penyerangan dan perang karena Duryodhana waktu itu merasa akan kalah atau rugi sendiri jika menyerang Arjuna. Sewaktu Yudhistira kalah main dadu, keluarga Pandawa lainnya sebenarnya marah besar dan mereka lebih sakti dibanding Kurawa dan mereka bisa menang kalau mereka melawan dengan kesaktian mereka, tetapi Pandawa memilih tidak marah, menghargai sikap ksatia yang dijunjung Yudhistira lalu mereka menerima hukuman masuk hutan selama 12 tahun.

Pada waktu perang Baratayudha di medan Kurukseta, Arjuna tidak bisa marah menghadapi saudara dan gurunya sendiri padahal untuk memenang perang perlu marah, perlu semangat mengalahkan musuh. Tetapi setelah dinasehati Kreshna, Arjuna mau perang mengungkapkan marah yang dikendalikan pikiran sehat karena Arjuna sudah memahami, Pandawa perlu marah karena yang diemban adalah tugas negara.

Ketika Yesus marah di Bait Allah mengusir para penjual dan penukar uang, Yesus hadir sebagai manusia yang lemah dibandingkan kerumunan pedagang yang jumlahnya lebih banyak. Tetapi Yesus yang kalah jika dilawan oleh para pedagang secara bersama-sama berani marah karena Yesus memilih marah dan perlu marah untuk mengajarkan sesuatu yang benar bukan karena dibakar rasa iri atau dengki. Tetapi ketika akan disalibkan Yesus sebenarnya sudah meninggalkan kemanusiaannya setelah berdoa dan mengeluarkan kringat berupa butir darah, Yesus mengambil telinga tentara Romawi yang dipotong muridnya dan dengan kemampuan ilahinya, Yesus membuat mukjizat sehingga telinga itu menyambung kembali. Dibandingkan dengan serombongan orang yang mau menangkap dan menyalibkannya, kekuatan Yesus dengan kemampuan ilahiahnya tidak akan tertandingi, Yesus sebenarnya lebih berkuasa untuk memilih tidak disalibkan, tetapi Yesus bukan menerima takdirnya tetapi memang memilih mati di kayu salib, karena Yesus tahu dan yakin, rohnya akan membangkitkan badannya dan dengan demikian memberi pelajaran kepada manusia untuk berani membela kebenaran walaupun harus mati di kayu salib.

Diskusi di milis menurut saya menjadi tambah terbuka, sudah berani membandingkan agama bukan hanya penampilan luarnya yaitu cara berdoa atau sembahyang tetapi sudah berani membandingkan ajaran moral bahkan contoh hidup orang yang ditokohkan. Saya rasa ini hal yang baik dan saya mau melanjutkan dengan melihat sikap apa sebenarnya yang dicontohkan Muhammad.

Sampai sebelum menang dalam perang Badar, sikap Muhammad terhadap orang yang menyerang bahkan mengolok-olokannya dapat dikatakan mengalah, walaupun mungkin dia marah. Muhammad tidak mau marah karena posisinya lemah. Tetapi setelah menang dalam perang Badar, kepercayaan dirinya menjadi tinggi, akibatnya mudah mengungkapkan marahnya. Satu suku Yahudi di Madinah diusir tanpa boleh membawa harta benda milik mereka. Satu penyair Yahudi diperintahkan dibunuh karena membuat syair yang membela suku Quraisy. Kemarahan yang diumbar ketika orang merasa berkuasa, merasa pasti menang adalah kemarahan yang bersumber dari nafsu dan itu menjadi sangat berbahaya.

Saya setuju mari kita anjurkan marah karena kita harus marah menghadapi orang yang mencuri uang negara, kita harus marah terhadap orang yang mengganggu ketertiban umum, tetapi kita tidak boleh marah karena ada orang menunjukkan bahwa yang selama ini dianggap benar ternyata salah.

Kalau isi cerita di dalam kartun nabi yang menggambarkan Muhammad, berusia di atas 50tahun, masih punya istri bernama saudah, berusia 30 tahun, lalu mengambil Aisyah, putri sahabatnya sendiri yang baru berusia 9 tahun sebagai istri untuk menambah jumlah istrinya, memang benar kenapa harus marah? Kalau tindakan yang dilakukan Muhammad dikatakan bukan contoh hidup yang baik dan bermoral, kenapa kita harus marah?

Salam Damai

Tidak ada komentar: