Dari apa yang pernah saya baca, Bung Karno pada awal memikirkan dasar negara hanya empat, yaitu Kebangsaan, Internasionalisme, Demokrasi, dan Keadilan Sosial. Tapi karena banyak orang Islam menginginkan dasar negara adalah Islam, Ketuhanan Yang Maha Esa ditambahkan menjadi sila kelima sehingga menjadi Pancasila.
Agaknya Bung Karno tidak pernah mengatakan ada hubungan antara Pancasila yang diajarkannya dengan Pancasila dalam ajaran Buddha. Tapi kalau Pancasila yang diajarkan dalam agama Buddha akan digunakan untuk menganalisa tentang pemahaman ajaran moral yang benar dalam Pancasila sebagai dasar negara, saya sependapat dan agar dilakukan dengan mendalam.
Kita dapat memulai dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam pengertian Ketuhanan Yang Maha Esa juga ada pemahaman bahwa Tuhan Maha Besar dan walaupun Maha Besar, Tuhan adalah Esa. Mari kita lihat agama mana yang mengajarkan bahwa Tuhan itu Maha Besar dan Maha Esa.
Karena Tuhan itu Maha Besar, sudah dapat dipahami bahwa manusia menggambarkan Tuhan yang dilihat dengan kemamupaun manusianya tidak sama karena orang melihat Tuhan yang besar itu dari sisi yang berbeda.
Ada yang menggambarkan Tuhan Yang Maha Esa dan Besar itu terdiri dari tiga bagian, menurut saya gambaran Tuhan terdiri dari tiga bagian tetapi membentuk satu kesatuan yang Esa harus diberi tempat dan mungkin benar. Jadi apa yang diyakini benar oleh orang Kristen sejalan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Apakah ajaran Kristen mengatakan definisi Tuhan menurut paham lain salah? Tidak
Ada lagi yang menggambarkan Tuhan dalam banyak wajah yang dapat dilihat dan dirasakan dari kejadian alam. Kekuatan yang membuat rumah kena puting beliung adalah kekuatan Tuhan dan disebut Dewa Angin, ada dewa lainnya sesuai dengan apa yang dirasakan manusia tetapi di atas semua dewa itu ada yang mengatur dan disebut Sang Hyang Widhi karena alam semesta ini hanya satu. Saya usul pendapat ini juga diberi tempat dan mungkin benar. Jadi apa yang diajarkan dalam agama Hindu sejalan dengan Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila. Apakah ajaran Hindu mengatakan bahwa Tuhan menurut paham lain salah? Tidak
Ada yang tidak mau bicara tentang Tuhan tetapi hanya mencari apa yang dapat dilakukan dengan kemampuan Diri dan untuk dapat memanfaatkan kemampuan Diri dengan baik, diajarkan untuk mengenal diri. Apa yang diajarkan Buddha bukan mencari Tuhan tetapi mencari Diri tetapi karena di dalam diri ada Tuhan, harus dibenarkan juga bahwa mengenal Diri berarti juga mengenal dan mengakui Tuhan Yang Maha Esa. Apakah ajaran Buddha mengatakan bahwa Tuhan menurut paham lain salah? Tidak
Bagaimana Tuhan menurut Islam? Awloh hu Akbar, Tuhan Maha Besar tetapi istilah itu tidak cocok dengan diskripsi lebih lanjut yang ada di dalam al-Quran maupun tradisi Islam. Tuhan dalam Islam hanya mau menerima sembahyang dalam bahasa Arab, artinya Tuhan itu tidak Maha Besar. Tuhan yang menjadi maha terbatas dalam ajaran Islam ditambah ajaran bahwa Tuhan menurut ajaran lain salah. Tuhan yang digambarkan dalam karya seni adalah salah dan harus dimusnahkan, Tuhan yang tidak betul-betul tunggal dalam pengertian tidak boleh didefiniskan secara lain adalah salah. Tuhan yang ada di mana-mana salah karena Tuhan hanya duduk di Kabah.
Menurut saya definisi Tuhan yang tidak cocok dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa hanya Islam dan tidak heran, dari sejak awal kemerdekaan para tokoh Islam menolak Pancasila yang diajarakan Bung Karno. Menolak bukan hanya dalam arti tidak setuju tetapi juga berontak, berusaha membunuh Bung Karno dan tindakan itu bukan hanya melanggar norma Pancasila juga tidak sesuai dengan moral Pancasila menurut agama Buddha. Agama Islam yang merasa lebih baik seharusnya mempunyai standar moral yang lebih tinggi dibandingkan dengan ajaran Buddha.
Salam Damai
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar