Islamikah Pendidikan di Aceh

Tulisan Sdr. Muhammad Yusran Hadi, Lc, MA sangat menarik, karena ditulis oleh seorang Muslim dan bersifat Islami. Apa itu Islami,saya sederhanakan saja dengan istilah yang saya temukan di milis ini, yaitu seperti fatamorgana di padang pasir. Dari kejauhan dilihat ada air sehingga rombongan kafilah yang masih punya sedikit air berupaya bersatu mengerahkan sisa kekuatan mencapai oasis yang tampak di depan. Tetapi setelah tiba di tempat yang dari jauh tampak ada air ternyata tidak ada air, mereka mulai bertengkar memperebutkan air yang sisa, saling membunuh. Lalu mereka cerita sebelum sampai ke oasis itu adalah jaman jahiliyah sedangkan setelah ada pembunuhan adalah jaman ketertiban karena sekarang musuh sudah dibasmi.

Apakah tulisan di bawah cocok dengan fenomena fatamorgana yuk kita lihat. Perhatikan pernyaan ini, "Secara konsep, bahwa pendidikan Islami adalah berbasis nilai-nilai Islam, komprehensif, integratif dan holistic yang diterapkan dalam proses penyelenggaraannya."

Nilai-nilai Islam yang kontradiktif bagaimana bisa komprehensif, integratif, dan holistik?. Bagaimana mendamaikan ajaran jihad, penggal kepala orang kafir dengan harapan bahwa Islam adalah agama damai. Bagaimana ajaran keluaga sakinah didamaikan dengan ajaran boleh kawin dengan banyak istri?

Perhatikan pernyataan, "Saat ini, mutu pendidikan kita (Indonesia) menempati posisi terendah di Asia. Ada beberapa faktor penyebab, baik dari segi muatan isi pendidikan (kurikulum), pendidik, maupun moralitas. Di antaranya, sistem pendidikan nasional adalah warisan penjajah Belanda." Sistem pendidikan nasional sekarang sudah jauh berbeda dengan warisan penjajahan Belanda. Waktu jaman Belanda hingga tahun 1967 yang diajarakan adalah budi pekerti bukan agama, tetapi sejak tahun 1967, agama sesuai dengan agama murid wajib diajarkan mulai dari SD hingga perguruan tinggi.

Perhatikan pernyataan, "Aceh, yang menerapkan syariat Islam, ternyata muatan kurikulum pendidikannya belum mencerminkan nilai-nilai syariat itu. Misal,kurikulum SD, SMP, SMA bahkan perguruan tinggi umum, untuk bahan ajar Aqidah, Fikih, Alquran dan Akhlak tidak mendapat perhatian seperti halnya pelajaran umum. Pelajaran ini belum diajarkan secara komprehensif dan berkesinambungan sehingga berdampak kepada kualitas pendidikan dan sosial peserta didik dan masyarakat Aceh, umumnya. Yang diajarkan hanya hal-hal yang tidak urgen dan bermanfaat. Ambil contoh, pendidikan sekolah kita belum mampu memberi pemahaman tentang moral bagi anak didik, sehingga masih ditemukan bagaimana kenakalan terjadi bahkan tindak kejahatan seperti tawuran antar pelajar/mahasiswa, pencurian, khalwat/pacaran, mesum/zina, mengkomsumsi ganja, merokok dan sebagainya . Ini indikator kalau pengajaran nilai Islami mengalami kegagalan."

Berita beberapa hari yang lalu di TV menunjukan mahasiswa yang melakukan tawuran di Makassar adalah mahasiswa perguruan tinggi Muhammadiyah. Apakah kurang Islami yang diajarakan di perguruan tinggi tersebut. Agar tidak terjebak dalam pikiran yang bersifat fatamorgana sudah saatnya kita mendiskusikan apakah dengan menyembah Awloh dan mengikuti kewajiban kepada Awloh, orang akan mendapatkan dari Awloh secara gratis akhlak mulia.

Jika diyakini itu adalah fatamorgana,kita bisa pelajari konsep pendidikan dari Hindu, yaitu mengembangkan kemampuan pribadi.

Salam Damai

Tidak ada komentar: