Berbuat Ikhlas

Saya sama sekali tidak setuju dengan ungkapan ini, "Bukan urusan saya untuk memikirkan diri saya sendiri, urusan saya adalah untukmemikirkan Tuhan, dan urusan-Nya lah untuk memikirkan saya"
Menurut ajaran yang saya terima adalah kewajiban kita untuk berpikir dan mencari jalan agar kita dapat hidup dengan baik. Kita diberi kemapuan berpikir oleh Tuhan ya untuk memikirkan hidup bukan untuk memikirkan Tuhan. Menurut ajaran yang saya terima Tuhan itu maha sempurna dan Tuhan menciptakan manusia, sangat tidak logis kita disuruh memikirkan Tuhan lalu meminta Tuhan memikirkan kita. Tuhan sudah banyak kerjaannya mengatur dunia ini, jadi marilah kita berpikir untuk kita dan lingkungan kita dengan cara itu kita membantu pekerjaan Tuhan. Saya khawatir ajaran ini jika terus dikembangkan di Indonesia akan semakin membodohi rakyat Indonesia, malas berpikir dan kalau berpikir cuma Awloh yang dipikirkan sehingga Awloh terus-menerusdibawa ke mana-mana.
Salam Damai

--- In http://finance.groups.yahoo.com/group/mediacare/post?postID=44sl5kDtE70662JRHnDh7qqB2G_g7MUWmKbUQyrS4rkYIamIttkb0sXmkpABw2658ub5bhc2WPpDlvxJOwAeQeY, cerdas merdeka wrote:>> Dulu, saya memahami berbuat ikhlas ala ekonom - apabila sayamembantu orang, saya berharap orang juga membantu saya atau sayaberharap dapat kemudahan bantuan dari Allah. Dengan berjalannyawaktu, ada pemahaman yang berbeda, tidak lagi ikhlas ala ekonom -take and give, tapi ikhlas karena give and give.> > Seperti yang diungkap Simone Weil, "Bukan urusan saya untukmemikirkan diri saya sendiri, urusan saya adalah untuk memikirkanTuhan, dan urusan-Nya lah untuk memikirkan saya" Simone Weilmengajak kita berbuat ikhlas bukan lagi secara intelektual danemosional, tapi ikhlas secara spiritual.> > Mari sama-sama kita cek diri, pada zona manakah keikhlasan kitaberada? > > (tulisan ini bagian materi dari Mindset Spiritual, Mendidik DenganBahagia)>

Tidak ada komentar: